Archive for October, 2011

Tut Wuri Handayani

Sumpah pemuda yang menyatakan bahwa Indonesia berbahasa satu yakni bahasa Indonesia sepertinya tidak terbukti. Kenyataannya kita masih sering memakai istilah Jawa pada banyak hal, termasuk motto yang sudah menjadi sabda di dalam dunia pendidikan itu. Ini tidak berarti kita anti terhadap hal berbau Jawa, melainkan dengan hal ini kita bisa mengukur dan bertanya kembali kepada diri kita tentang berbagai motto yang mencekoki anak didik kita dari kecil sampai dewasa, tanpa didudukkan makna dan sejarah dibaliknya.

Kalimat Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani adalah kalimat yang dilontarkan Ki Hajar Dewantara yang bermakna “Di depan memberi teladan, di tengah memberi bimbingan, di belakang memberi dorongan”. Namun kalimat ini tidak jelas dalam konteks apa. Maka ia menjadi netral terhadap agama. Padahal dalam konsep pendidikan Islam, tarbiyah selalu didasari pada tauhid kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Ia tidak bisa netral, objektif, dan tanpa sekat keyakinan agama.

Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai penganut theosofi. Seperti dikutip dari buku Bambang Dewantara, yang berjudul 100 Tahun Ki Hadjar Dewantara, Ki Hadjar mengatakan bahwa semua agama sama di dunia sama karena mengajarkan asas kasih sayang kepada semua manusia dan mengajarkan perihal kedudukan manusia yang terhormat di hadapan tuhannya. Ia berkeyakinan bahwa sumber gerak evolusi seluruh alam semesta adalah kasih sayang ilahi. Inilah yang disebut dengan istilah kodrat alam yang diperhamba dan aspek yang dipertuhan dari setiap benda-benda. Konteks pluralisme agama ini tidak lain adalah faham musyrik modern yang sangat berbahaya.

Pertanyaannya sebetulnya sederhana, kenapa kita yang katanya bermayoritas muslim, tidak memakai motto pendidikan yang jelas saja seperti: Iman, Ilmu dan Amal. Atau Tauhid, Ilmu, dan Jihad. Islam mengajarkan makna yang jelas dan terukur. Karena itu, konsep menjadi orang baik dalam Islam tidak pernah dilepaskan dari sudut pandangan agama. Kalau sudah begitu, hal ini lebih cocok dan dekat dengan ketakwaan daripada motto yang jelas-jelas didirikan oleh penganut theosofi dan kita sendiri tidak mengerti apa maknanya.

Filosofi Buku

Hidup ini seperti sebuah buku. Sampul depan adalah tanggal lahirnya. Sampul belakang adalah tanggal kematiannya. Setiap lembaran adalah setiap hari dalam kehidupannya. Ada buku yang tebal dan ada yang tipis. Ada buku yang menarik dibaca dan ada sama sekali tidak. Sekali menulis Anda tidak bisa berhenti sampai selesai. Dan yang paling hebat adalah betapun buruknya lembaran kemarin selalu ada lembaran putih dan bersih hari ini. Oleh karena itu tulislah lembaran hari ini dengan kisah yang menarik. Anggap hari ini adalah lembaran terakhir sehingga buku Anda berakhir dengan happy end.

Fohgedebaudid!

Pernahkah Anda lupa meletakkan kunci kendaraan? atau kacamata yang lupa ditaruh dimana? padahal setelah ketemu ternyata hanya diletakkan di kendaaraan dan kacamata dipakai sendiri masih dicari. Lupa sering dikonotasikan dengan sifat yang negatif, orang yang mudah lupa sering dianggap pikun. Namun lupa tidak selalu menjadi hal yang menyebalkan. Dalam tulisan ini saya justru mengajak Anda untuk belajar lupa.

Kebanyakan manusia sering mengingat apa yang harus dilupakan dan melupakan apa yang harus dingat. Pertanyaan yang muncul  adalah apa yang harus Anda lupakan? Lupakanlah kata-kata yang menyakitkan yang pernah ditumpahkan kepada Anda baik dalam kondisi disengaja ataupun tidak disengaja, kata-kata dan sikap yang melukai hati yang bersifat untuk menggembleng pertumbuhan jiwa Anda maupun kata-kata dan sikap penghinaan, kata-kata yang kasar dan menusuk lubuk hati yang terdalam. Fohgedebaudid!

Melupakan kata-kata dan sikap yang menyakitkan tidaklah mudah, namun bukan berarti tidak bisa. Langkah untuk belajar melupakan adalah memaafkan. Membuka pintu maaf dalam diri akan membuat Anda melupakan semua peristiwa yang menyakitkan ini. Menyimpan dan mengingat terus semua hal yang menyakitkan hanya akan menjadi duri dalam jiwa Anda yang mendatangkan penderitaan dan akhirnya yang rugi adalah diri Anda sendiri.

Ketika kata-kata yang menyakitkan itu meluncur dari mulut seseorang, itu sudah bagaikan jarum yang meluncur dan menusuk hati Anda. Lalu Anda lakukan lagi aksi menyimpan semua kata-kata yang menyakitkan itu ibaratnya Anda sudah jatuh ditimpa tangga pula.

Begitulah, segala yang berlalu biarlah berlalu. Kita belajar untuk melupakannya dan memaafkannya. Kembali membuka lembaran baru dengan tunas-tunas kebahagiaan yang siap merekah.

Dennis Ritchie

Hanya selang beberapa hari setelah kematian Steve Jobs, si raja Apple, dunia ilmu komputer kehilangan lagi salah seorang tokoh pentingnya, yakni Dennis MacAlistair Ritchie yang meninggal tanggal 8 Oktober 2011 kemarin. Meskipun tidak sepopuler si raja Apple, namun ilmuan komputer dunia sepakat bahwa kontribusi Dennis Ritchie setanding, kalau tidak dikatakan lebih besar.

Dialah pembuat C, bahasa pemrograman yang menjadi inspirasi untuk hampir semua bahasa tingkat tinggi yang paling populer yang tersedia saat ini seperti Java, C++, C#, PHP, Perl dan Python. Sistem operasi Unix, Microsoft Windows, Linux, Sun Solaris, FreeBSD, AIX, HP-UX dan Mac OS X semuanya dibuat dengan C. Dia juga adalah pembuat sistem operasi Unix bersama Ken Thompson. Antara C dan Unix tidak dapat dipisahkan karena Unix menggunakan bahasa C sebagai sarana pemrograman di lingkungan sistem operasi tersebut.

Satu lagi kontribusi Dennis Ritchie adalah melalui bukunya bersama Brian Kernighan yang berjudul The ANSI C Programming Language. Bagi mahasiswa yang ingin belajar sendiri mungkin agak sulit memahami isi buku ini (ditambah belum ada terjemahannya ke bahasa Indonesia), namun dengan penjelasan teori dari dosen dan penjelasan teknis dari asisten praktikum semuanya menjadi lebih mudah. Hingga sekarang buku ini merupakan referensi utama seseorang yang mempelajari C.

Kenali Gaya Belajarmu!

Setiap orang memiliki gaya belajar yang berbeda. Mengetahui gaya belajar belum tentu membuat Anda menjadi lebih pintar, tapi Anda akan dapat menentukan cara belajar yang lebih efektif. Pada dasarnya setiap individu menggunakan semua indera dalam menyerap informasi. Gaya belajar muncul karena dorongan potensi atau kemampuan yang dominan pada diri Anda yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Terdapat tiga macam gaya belajar berdasarkan modalitas yang digunakan individu dalam menyerap informasi. Ketiga gaya belajar tersebut adalah visual, auditory dan kinestestik.

Auditory adalah gaya belajar yang memanfaatkan kemampuan “pendengarannya” sebagai cara belajar yang disukainya. Beberapa ciri auditory learner antara lain:

  • Lebih suka mendengarkan dosen menjelaskan secara lisan
  • Mampu mengingat dengan baik materi yang didiskusikan dalam kelompok atau kelas
  • Mengenal banyak sekali lagu dan dapat menirukannya secara tepat dan komplit
  • Suka berbicara
  • Kurang suka tugas membaca (dan pada umumnya bukanlah pembaca yang baik)
  • Kurang dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya
  • Kurang baik dalam mengerjakan tugas mengarang/menulis
  • Kurang memperhatikan hal-hal baru dalam lingkungan sekitarnya, seperti: hadirnya siswa baru, adanya papan pengumuman yang baru, dll.
  • Melirik ke kiri dan kanan ketika mencoba mengingat sesuatu
  • Mengucapkan tulisan ketika membaca
  • Mudah terganggu oleh keributan
  • Berbicara kepada diri sendiri saat bekerja

Visual adalah gaya belajar yang lebih banyak memanfaatkan “penglihatan”. Beberapa karakteristik visual learner adalah:

  • Lebih suka melihat dosen menjelaskan secara tulisan/gambar berwarna-warni dan memperhatikan ekspresi dosen
  • Saat petunjuk untuk melakukan sesuatu diberikan, biasanya akan melihat teman-teman lainnya baru dia sendiri bertindak
  • Cenderung menggunakan gerakan tubuh untuk mengekspresikan atau mengganti sebuah kata saat mengungkapkan sesuatu
  • Kurang menyukai berbicara di depan kelompok, dan kurang menyukai untuk mendengarkan orang lain
  • Biasanya tidak dapat mengingat informasi yang diberikan secara lisan
  • Biasanya dapat duduk tenang di tengah situasi yang ribut atau ramai tanpa merasa terganggu
  • Lebih suka belajar dengan cara membaca daripada mendengarkan penjelasan dosen
  • Berbicara dengan cepat
  • Melirik ke atas ketika mencoba untuk mengingat sesuatu
  • Mengingat apa yang dilihat, daripada yang didengar
  • Mementingkan penampilan dan teliti terhadap detail

Kinestestik adalah gaya belajar yang memanfaatkan “fisiknya” sebagai alat belajar yang optimal. Beberapa karakteristiknya adalah:

  • Suka menyentuh segala sesuatu yang dijumpainya
  • Tidak dapat lama duduk diam
  • Suka mengerjakan segala sesuatu dengan menggunakan tangan
  • Biasanya memiliki koordinasi tubuh yang baik
  • Suka menggunakan objek yang nyata sebagai alat bantu belajar
  • Mempelajari hal-hal yang abstrak (simbol matematika, peta, dsb) menjadi hal yang sangat sulit
  • Berbicara dengan lambat
  • Melirik ke bawah ketika mencoba mengingat sesuatu
  • Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca buku
  • Cenderung terlihat “agak tertinggal” dibanding siswa lainnya

Lain gaya belajar, lain lagi gaya berpikir. Ini juga menarik, insyaAllah akan dibahas pada posting berikutnya. Selamat mengenali gaya belajar Anda dan memanfaatkannya!