Archive for the ‘Olah Raga’ Category

G.O.A.T.

Perdebatan terkait siapakah sosok pemain sepak bola terbaik sepanjang masa atau the Greatest of All Time (GOAT) akhirnya berakhir setelah Argentina keluar sebagai juara Piala Dunia 2022 dan Messi kemarin merengkuh trofi Ballon d’Or yang ke-8. Tak terbantahkan, kapten tim nasional (timnas) Argentina ini adalah pemain terbaik sepanjang masa!

Bersama timnas Argentina, Messi telah memenangkan 5 trofi.

  • Piala Dunia 2022
  • Copa America 2021
  • Finalissima 2022
  • Olimpiade 2008
  • Kejuaraan Dunia Junior 2005

Bersama Barcelona ia memenangkan 35 trofi.

  • Liga Champion Eropa: 4 kali
  • La Liga Spanyol: 10 kali
  • Copa del Rey: 7 kali
  • Supercopa de Espana: 8 kali
  • Super Cup Eropa: 3 kali
  • FIFA Club World Cup: 3 kali

Selain itu bersama PSG ia juga memenangkan 2 trofi Ligue 1 Prancis dan 1 Tropee des Champions. Yang terbaru Messi memenangkan Leagues Cup 2023 bersama Inter Miami dan menjadi rekor terbaru sebagai pemain paling berprestasi dalam sejarah sepakbola dengan 44 gelar juara. Jumlah ini belum termasuk gelar individu Messi yang tercatat sebanyak 21 gelar.

  • Ballon d’Or: 8 kali
  • FIFA World Player of the Year/The Best FIFA Men’s Player: 3 kali
  • FIFA World Cup Golden Ball: 2 kali
  • UEFA Men’s Player of the Year: 2 kali
  • Sepatu Emas Eropa: 6 kali

Sebelumnya, fans sepakbola selalu memperdebatkan tentang siapakah yang paling layak disebut GOAT, Messi atau Ronaldo. Sampai tulisan ini dibuat, Ronaldo baru mengoleksi 31 trofi dan 15 gelar individu. Kelebihan Ronaldo dari Messi hanya di Liga Champion Eropa dan timnas.

Terwujudnya ambisi terbesar La Pulga untuk memberikan La Albiceleste gelar juara dunia dan sederet rekor yang diciptakan membuat dirinya pantas untuk disebut sebagai sosok terbaik sepanjang masa di dunia sepak bola. Messi memecahkan paling tidak tujuh rekor dalam kejuaraan Piala Dunia 2022.

Pertama adalah rekor caps terbanyak di piala dunia. Laga final Piala Dunia edisi kali ini menjadi pertandingan ke-26 bagi Leo Messi di Piala Dunia. Dengan demikian, dirinya resmi menjadi pemain dengan rekor penampilan terbanyak dalam sejarah piala dunia. Sebelumnya, rekor tersebut dipegang oleh legenda Jerman, Lothar Matthaus dengan 25 penampilan.

Kedua, pemain berusia 35 tahun ini juga memecahkan rekor sebagai pemain sepak bola dengan menit bermain terbanyak di piala dunia, yaitu 2.315 menit. Sebelumnya, rekor tersebut diraih oleh legenda Italia, Paolo Maldini dengan 2.217 menit bermain.

Ketiga, gol Messi ke gawang Hugo Lloris membuat dirinya menjadi pemain pertama sepanjang sejarah yang selalu mencetak gol di seluruh babak Piala Dunia, yaitu babak penyisihan grup, 16 besar, perempat final, semifinal, dan final. Selain itu, Messi juga semakin memantapkan dirinya sebagai pemain Argentina dengan gol terbanyak di Piala Dunia, yaitu 13 gol. Sebelumnya rekor tersebut dipegang oleh Gabriel Batistuta dengan total 10 gol.

Keempat, usai sukses menundukkan sang juara bertahan, Prancis, Messi kembali dinobatkan sebagai Man of The Match (MOTM) untuk yang kelima kalinya di Qatar. Selain resmi mengukuhkan diri sebagai pemain dengan jumlah MOTM terbanyak sepanjang sejarah Piala Dunia, yaitu 11 kali dari lima edisi Piala Dunia yang diikutsertakan, La Pulga menjadi pemain pertama yang dianugerahi lima MOTM dalam satu edisi piala dunia.

Kelima, selain MOTM, pada akhir pergelaran Piala Dunia 2022 Messi meraih Golden Ball atau penghargaan untuk pemain terbaik Piala Dunia. Melalui penghargaan tersebut, penyerang andalan Argentina tersebut menjadi satu-satunya pemain sepakbola yang berhasil mendapatkan dua Golden Ball Piala Dunia, yakni pada 2014 dan 2022.

Keenam, kemenangan La Albiceleste atas Les Bleus menjadi pertandingan ke-17 yang dimenangkan oleh Messi di Piala Dunia. Berkat hal itu, dirinya memecahkan rekor sebagai pemain sepak bola dengan kemenangan terbanyak di Piala Dunia.

Terakhir, penampilan pemain bernomor punggung 10 di final Piala Dunia 2022 itu membuat dirinya sebagai kapten timnas dengan laga terbanyak di Piala Dunia, yaitu sebanyak 19 kali. Jumlah tersebut menjadi angka terbanyak melebihi legenda Argentina, Diego Maradona dengan 16 kali.

Bagaimana dengan Cristiano Ronaldo? Meskipun masih ada yang bersikukuh Ronaldo lebih baik, nasibnya  berbanding terbalik dengan Messi di Piala Dunia 2022. Setelah tidak dimainkan di dua pertandingan terakhir Portugal, Ronaldo juga dipecat dari klubnya Manchester United dan kemudian bermain di liga Arab Saudi yang mengalahkan Argentina di Piala Dunia.

Romantisme Penantian 30 Tahun

Selain the Beatles, kota Liverpool sangat terkenal pada era 1960-an dengan klub sepakbolanya. Kala itu pada 1959, Bill Shankly yang menjadi manajer Liverpool melakukan perombakan besar, bukan hanya pada tubuh melainkan jiwa Liverpool. Ia memperbaiki segala lini yang membuat The Reds memiliki kekuatan untuk naik ke divisi teratas dan mencatatkan kejayaan.

Shankly pun pensiun pada 1974. Estafet kejayaan Liverpool diteruskan Bob Paisley sampai Kenny Dalglish tahun 1990. Antara tahun 1976 hingga 1984, Liverpool meraih gelar juara Liga Champion sebanyak empat kali bersama topkor sepanjang massa mereka, Ian Rush. Namun setelah itu kejayaan Liverpool seolah memudar; meninggalkan romantisme sejarah penggemar Liverpool di era Premier League.

Tragedi Heysel tahun 1985 menjadi awal penanda kemunduran prestasi Liverpool. Mereka absen di kancah Eropa selama enam tahun. Lalu, tragedi Hillsborouh tahun 1989 melengkapi catatan buruk tersebut. Puluhan Kopites meninggal yang menyisakan duka mendalam. Bahkan, Kenny Dalglish pun meninggalkan klub yang sedang berjuang meraih gelar karena trauma. Tragedi Heysel dan Hillsborough seolah memberi peringatan kalau masa jaya Si Merah telah sampai pada akhirnya. Selepas itu, pada era Premier League, yang dirasakan fans Liverpool seakan hanyalah kejayaan laten.

Premier League dimulai pada 1992. Liverpool menunjuk Graeme Souness sebagai manajer baru. Tapi kemudian dia menjadi suksesor yang buruk. Ketidakkonsistenan performa menjadi alasan. Meski masih sempat menjuarai Piala FA pada 1992, tapi Souness hanya bertahan sampai 1994.

Roy Evans kemudian ditunjuk menggantikan Souness. Evans berhasil mengembalikan warisan Shankly, yaitu pass and move. Tetapi materi pemain yang kurang mendukung membuat Liverpool tak bisa meneror perebutan gelar juara. Meski muncul pemain muda berbakat Robbie Fowler dan Jamie Redknap, tapi Evans tak mampu membawa Liverpool ke konsistensi yang jaya. Hingga pada 1998, klub menunjuk Gerrard Houllier menemani Evans sebagai joint manager. Tapi kemudian Evans merasa tak cocok dengan Houllier dan mengundurkan diri.

Setelah jadi manajer tunggal, Houllier melakukan perombakan besar. Sami Hyypia, Dietmar Hamann dan Gary McAllister masuk. Selain itu Michael Owen juga kian matang dan Houllier mempromosikan bakat muda bernama Steven Gerrard.

Perombakan Houllier mulai berbuah manis ketika musim 2000/2001 Liverpool memenangi tiga gelar: Piala FA, Piala Liga, dan Piala UEFA. Tapi kejayaan Houllier tak bertahan lama. Taktik bertahan yang diusungnya dianggap tak bisa bersaing di Liga Inggris, sehingga pada 2004 dia digantikan Rafael Benitez.

Ekspektasi tinggi disematkan pada diri Benitez. Mengingat bersama Valencia, Benitez memecah dominasi Madrid-Barca di Liga Spanyol. Ekspektasi itu terjawab, pada akhir musim 2004/2005, Benitez membawa Liverpool juara Liga Champions secara dramatis. Menorehkan sejarah sebagai salah satu final UCL terbaik sepanjang masa. Ditambah musim keduanya yang membawa pulang Piala FA yang tak kalah dramatis pula. Publik Liverpool kembali berandai-andai tentang trofi Liga Inggris dan masa kejayaan.

Pada masa Benitez juga, Liverpool punya ujung tombak setajam Fernando Torres yang didukung lini tengah solid Steven Gerrard dan Xabi Alonso. Hal ini membuat Liverpool pada musim 2008/2009 menampakkan taring di liga. Musim yang hebat sebelum dengan tragis mereka disalip Manchester United yang menjadi juara, dan harus puas sebagai runner-up. Setelah 2008/2009, Benitez menjalani musim yang suram dan performa Liverpool merosot drastis, sehingga dia pun akhirnya dipecat dan digantikan Roy Hodgson.

Tak ada yang istimewa dari era Hodgson. Performa yang angin-anginan ditambah masalah internal klub membuat Liverpool menjadi tim papan bawah. Berada di zona degradasi, hingga akhirnya Roy Hodgson dipecat.

Kenny Dalglish kembali menahkodai Liverpool. Membuat keputusan berani dengan menjual Torres, Dalglish memasukkan Luis Suarez dan Andy Carroll sebagai taring baru. Juga dia berkeputusan memainkan pemain-pemain muda. Kedatangan Dalglish membawa angin segar. Liverpool bangkit dari papan bawah dan mengakhiri musim di peringkat keenam. Raihan luar biasa yang membuat ekspektasi publik kembali membumbung. Pada akhirnya, seperti yang sudah-sudah, pasukan Kenny berakhir mengecewakan dengan finis di bawah zona Liga Champions. King Kenny pun digantikan oleh Brendan Rodgers.

Rodgers sebelumnya telah mengalami era yang membanggakan bersama Swansea. Hal ini membuat para penggemar kembali berharap. Permainan menyerang yang diperagakannya ditambah ketajaman Suarez kembali mengangkat harkat Liverpool. Puncaknya adalah musim 2013/2014. Suarez menggila, Liverpool yang sebelumnya tak difavoritkan juara mengganas di musim ini. Bertengger di puncak klasmen dengan torehan gol yang fantastis pada nyaris akhir musim. Tapi kemudian Gerrard terpeleset, Liverpool lalu menjadi runner-up lagi.

Akhir era Rodgers ditandai kepergian Suarez dan pensiunnya Gerrard. Liverpool di bawah Rodgers tampil tak konsisten dan menuai hasil-hasil buruk. Kebijakan transfer yang tak tepat tambah memperparah performa klub. Hingga akhirnya, Brendan Rodgers dipecat digantikan Jurgen Klopp tahun 2015.

Klopp membuat keputusan berani. Ia menjual Coutinho, membeli Alisson Becker dan Virgil van Dijk untuk memperkuat pertahanan. Sebelumnya Liverpool telah memiliki trio penyerang Firmino, Mane dan Salah. Liverpool mulai tampil konsisten dan dunia melihat bagaimana Klopp dan timnya membuat comeback luar biasa di Anfield, skor 4-0 untuk Liverpool setelah sebelumnya tertinggal 0-3 dari Barcelona. Tapi memang pertandingan dramatis seperti ini telah lekat dalam masa kejayaan laten Liverpool. Bagaimana mereka bertarung dengan luar biasa sehingga menimbulkan romantisme yang manis dikenang adalah hal yang biasa.

Houllier pernah meraih treble dengan dramatis. Begitu pula Rafa yang membawa trofi Liga Champions dan FA Cup dengan dramatis. Belum lagi pertandingan-pertandingan yang menegangkan lagi patut dikenang. Pada masa Premier League, Liverpool memang punya banyak pertandingan macam itu meski minim trofi. Dan para fans sudah begitu rindu dengan gelar liga apalagi masa jaya Bill Shankly sampai Kenny Dalglish dulu.

Kopites terkenal sebagi fans yang tabah, karena romantisme yang dihadirkan selama ini memang membuat jiwa mereka romantik. Pertandingan dramatis, momen-momen jaya yang kadang-kadang, membuat mereka tak menjadi fans glory hunter. Meskipun kerinduan akan trofi dan masa jaya yang sebenar-benarnya kian menjadi. Tetapi mereka tak bakal gampang berpaling dari klub kesayangannya.

Kerinduan dan penantian selama 30 tahun itu akhirnya terbayar di tahun 2020. Permainan konsisten mulai tampak sejak musim 2017-20118  ketika masuk final Liga Champions. Setahun berikutnya meraih trofi Liga Champions, Piala Super Eropa, Piala Dunia Antar Klub dan nyaris menjuarai Liga.

Liga primer musim 2018-2019, Liverpool tampil konsisten dan mengakhiri musim dengan 97 poin dan hanya sekali kalah. Namun masih gagal meraih trofi liga karena Man City juga bermain apik dengan 1 poin lebih banyak.

Fans Liverpool mulai khawatir kegagalan meraih gelar liga akan berimbas inkonsistensi. Namun Liverpool justru semakin meningkat dan konsisten hingga mampu mengunci gelar dengan tujuh sisa pertandingan. Sebuah rekor baru. Jika terus bermain konsisten, Liverpool berpeluang memecahkan beberapa rekor lainnya.

Hal ini menjadi tantangan bagi Klopp. Akankah ia meneruskan jejak pendahulunya di era Premier League? Mempersembahkan romantisme dan kejayaan yang sebentar saja? Atau sanggup membawa Liverpool ke garis konsistensi sampai benar-benar berjaya untuk waktu yang lama? Biarlah waktu yang menjawabnya.

Trio Sepakbola Unik

Sepak bola adalah olahraga paling favorit di dunia. Dalam sebuah tim beberapa pemain memiliki chemistry dan membentuk trio yang menjadi pilar utama tim. Berikut ini daftar 10 trio sepak bola paling unik sepanjang sejarah, baik yang membela klub maupun yang membela negaranya masing-masing.

1. Mohamed Salah, Roberto Firmino dan Sadio Mane

Setelah sukses bersama Dortmund, Jurgen Klopp melatih Liverpool pada tahun 2015. Empat musim bersama The Reds, Klopp kembali menciptakan tiga penyerang berbahaya. Mereka adalah Trio Firmansah, yakni Roberto Firmino, Sadio Mane dan Mohamed Salah. Tahun 2019 ketiganya membantu Liverpool menjadi klub Inggris pertama yang meraih gelar treble internasional, yakni Liga Champions, UEFA Super Cup dan Piala Dunia Antarklub.

2. Gareth Bale, Karim Benzema dan Cristiano Ronaldo

Real Madrid mempunyai trio berbahaya pada diri Gareth Bale, Karim Benzema dan Cristiano Ronaldo. Trio BBC ini membantu Madrid meraih gelar Liga Champions tiga kali secara beruntun tahun 2016, 2017, dan 2018. Bersama Real Madrid Cristiano Ronaldo meraih penghargaan FIFA World Best Player, Ballon D’Or dan Golden Boot masing-masing sebanyak empat kali.

3. Lionel Messi, Luiz Suarez dan Neymar Junior

Trio MSN ini pada tahun 2015 sukses mencetak 122 gol. Di musim yang sama pula mereka membantu Barcelona merengkuh treble winner, yakni juara La Liga, Copa del Rey dan Liga Champions Eropa. Penampilan ketiganya membuat mereka disebut sebagai salah satu trisula terbaik di dalam sejarah dunia sepak bola. Bersama Barcelona Messi meraih penghargaan FIFA World Best Player, Ballon D’Or dan Golden Boot masing-masing sebanyak enam kali.

4. Rodrigo Palacio, Mauro Icardi dan Stevan Jovetic

Jika tim lain memiliki Trio MSN atau BBC , maka Inter punya Trio Paijo, kata Erik Tohir, Presiden Internazionale Milano ketika itu. Meskipun mereka belum meraih gelar sejak treble winner tahun 2010, Inter Milan konsisten menjadi pesaing terkuat bagi Juventus dalam memperebutkan gelar Scudetto.

5. Marco Van Basten, Ruud Gullit dan Frank Rijkaard

Trio Belanda ini pada tahun 1988 memberikan satu-satunya gelar internasional bagi negaranya, yakni juara Eropa. Ketiganya bagian dari Dream Team AC Milan yang merajai sepakbola Eropa era 90an. Bersama trio Belanda, Milan merengkuh gelar Liga Champion secara beruntun pada tahun 1989 dan 1990 dan empat Scudetto, dan Super Copa Italia. Selama bermain di AC Milan, Marco Van Basten meraih tiga gelar Ballon D’Or dan dua Capocannonierri.

Mi

6.Michel Platini, Alain Giresse dan Jean Tigana

Trio Plagiat ini menjadi andalan Perancis saat meraih juara Piala Eropa pada 1984. Tak satu pun di antara mereka berstatus striker, karena mereka trio lapangan tengah. Meski demikian Platini menjadi top skorer Piala Eropa dengan 9 gol.

7. George Best, Bobby Charlton dan Dennis Law

Trio BCL atau The United Trinity membantu Manchester United menjadi klub Inggris pertama yang memenangkan Liga Champion pada 1968. Mereka adalah pemain terbaik dunia saat itu dimana Dennis Law meraih penghargaan Ballon d’Or pada 1964, lalu Bobby Charlton pada 1966, dan disusul George Best pada 1968.

8. Pele, Jairzinho, Tostao

Trio Pejatos ini membantu Brazil juara dunia pada 1958, 1962 dan 1970 sehingga Asosiasi Sepakbola Brazil berhak memiliki piala Jules Rimet secara permanen. Namun piala ini sayangnya hilang dicuri maling pada tahun 1983. Hingga sekarang Jairzinho menjadi satu-satunya pemain yang selalu mencetak gol dalam setiap pertandingan selama turnamen piala dunia.

9. Gunnar Gren , Gunnar Nordahl, dan Nils Liedholm

Trio Grenoli ini membawa Swedia memenangi medali emas pada Olimpiade 1948 di London. Ketiganya kemudian bergabung dengan AC Milan pada tahun berikutnya dan memberikan gelar Scudetto pada 1955, 1957 dan 1959. Gunnar Nordahl memenangi Capocannonierri  selama enam musim beruntun mulai musim 1949 hingga 1955.

10. Francesco Gento, Alfredo Di Stefano, Ferenc Puskas

Sebelum trio BBC, di tahun 1950 Real Madrid punya trio yang sangat mematikan yaitu Trio Gestapu, yakni Francesco Gento, Alfredo Di Stefano dan Ferenc Puskas. Bersama trio ini, Real Madrid mampu menyabet enam Liga Champion.

Demikianlah 10 trio sepakbola paling unik, apakah Anda ingin mengusulkan tambahan dalam daftar trio ini, silakan posting komentar Anda. Ciao!

Tendangan Tanpa Bayangan

El Classico edisi 236 digelar di Santiago Bernabeu tadi malam (23/12/2017). Banyak hal unik dan lucu yang belum pernah terjadi dalam sejarah El Classico sebelumnya. Berikut hasil pengamatan saya selengkapnya.

Pertama, khusus laga El Classico biasanya saya tidur siang dulu supaya bisa bangun dini hari untuk nonton siaran langsung. Tapi kali ini tidak perlu karena pertandingan ditaja jam 19.00 WIB, katanya untuk memanjakan penonton di Asia Tenggara khususnya di Indonesia, wedew!

Kedua, untuk pertama kalinya Barca menang di kandang Madrid tiga kali beruntun. Luis Suarez membuka keunggulan di menit 54. Messi mengubah skor jadi 2-0 dengan eksekusi penalti di menit 64. Gol terakhir ke gawang Real Madrid dicetak gol oleh Aleix Vidal.

Ketiga, ketika mencetak gol seperti biasa Messi melakukan selebrasi di depan gerombolan fans Real Madrid. Tentu saja hal itu mengundang reaksi dari fans Los Blancos, apalagi saat itu Cristiano Ronaldo dkk. tengah tertinggal 2-0. Yang terjadi adalah para fans Madrid serentak mengacungkan jari tengah pada pemain yang paling banyak membobol gawang Madrid sepanjang sejarah El Classico.

Keempat, pada penghujung laga Messi merancang assist untuk gol ketiga Barcelona yang dicetak Aleix Vidal. Saat mengirim assist dengan kaki kiri tersebut, Messi ternyata cuma memakai satu sepatu. Sebelum mengirim assist, Messi ditekel Marcelo namun sayang seribu sayang cuma dapat sepatu sebelah kanan. Ini merupakan assist ke 200 Messi bagi Barca.

Kelima, ketika Barca mendapat hadiah tendangan bebas Ronaldo ikut berdiri sebagai pagar betis dan Messi maju sebagai penendang. Messi melepas tendangannya. Tentu saja sekuat tenaga. Bola yang mengalir deras itu lantas mengenai kepala Ronaldo. Dari tayangan lambat, Ronaldo tampak begitu menderita. Meskipun mereka kemudian bersalaman, fans Madrid tetap menuduh Messi sengaja mengarahkan bola pada kepala Ronaldo sebagai balas dendam atas Ballon d’Or 2017.

Terakhir, ada satu momen lucu yang akan dikenang usai digelarnya laga El Clasico. Momen tersebut yakni ketika peraih lima kali gelar Ballon d’Or, Cristiano Ronaldo, mengeluarkan jurus “tendangan tanpa bayangan”. Momen ini terjadi pada menit ke-11. Toni Kroos bergerak dari sisi sayap Madrid dan mampu melepas umpan mendatar. Laju bola tidak terlalu kencang dan tepat ke arah Ronaldo. Tapi, pemain 32 tahun justru gagal menendang bola tepat sasaran. Ia hanya menendang angin karena bola lewat begitu saja. Di Indonesia momen seperti ini lazim dijuluki jurus tendangan tanpa bayangan. Bagaimana dengan Anda, pernah melakukan jurus yang sama dengan Ronaldo?

Messi vs Ronaldo: Mana yang Benar-benar Lebih Hebat?

Selama satu dekade, perdebatan siapa yang terbaik antara Ronaldo atau Messi, terus berlangsung. Jika hanya melihat jumlah gelar, Messi adalah pemenangnya. Pada kenyataannya, tidak jelas siapa pemenang antara Ronaldo dan Messi. Mereka menang secara bergantian. Namun, saat ini Ronaldo sejujurnya lebih berada di atas karena baru saja meraih gelar pesepakbola terbaik FIFA 2017 yang ke-5 menyamai rekor Messi dan kemungkinan besar juga memenangkan Ballon d’Or yang akan diumumkan akhir tahun.

Stade de France, Saint-Denis, Paris, 10 Juli 2016, seekor ngengat nempel di wajah Ronaldo yang sedang menangis. Kelakar2 dalam bentuk meme kemudian bermunculan. Salah satu meme terbaik saat itu adalah ngengat yang wajahnya diganti menjadi wajah Messi yang sedang tersenyum, seolah-olah sedang menghapus tangis dari wajah Ronaldo. “Kita senasib, bro”.

Saat itu Portugal bermain imbang 0-0 dengan Austria di fase grup E Piala Eropa, di mana sepakan penalti Ronaldo gagal karena membentur tiang dan juga Ronaldo yang tiba-tiba terkenal karena ekspresi kagetnya.

Kesimpulan pada hari itu adalah Messi dan Argentina yang sedang dalam perjalanan mereka memenangi Copa America, sementara Ronaldo dan Portugal sedang terancam tersingkir secara dini dari fase grup Piala Eropa.

Yang bisa kita perkirakan setelah hari itu tentunya hampir sama, yaitu seperti yang sudah disebutkan di atas: Messi akan berjaya bersama Argentina untuk pertama kalinya sementara Ronaldo akan kembali merana bersama Portugal.

Kemudian Ronaldo melakukan tindakan tidak terpuji ketika hendak diwawancarai oleh sebuah stasiun televisi, ia melempar mike wartawan ke danau. Ronaldo langsung semakin dikenal sebagai pemain arogan, egois, individual, sekaligus narsis.

Hal itu tentu berbanding terbalik dengan sosok Messi saat itu. Messi lebih dikenal sebagai family man, team player, dan juga dengan tingkah laku yang lebih baik.

Tapi apa yang terjadi kemudian? Messi bermain di final Copa America lebih dari 120 menit, gagal mengeksekusi penalti, menangis, hingga memutuskan pensiun dari tim nasional Argentina meskipun kemudian comeback.

Bandingkan dengan Ronaldo, hanya 25 menit berada di atas lapangan final Piala Eropa 2016, dia juga menangis, tapi teman-temannya berhasil memenangi trofi internasional pertama untuk Portugal.

Tahun 2017 tidak jauh berbeda. Barcelona dan Messi mengawali tahun ini dengan impresif menjadi topskor La Liga dan sekaligus terbaik di Eropa dengan 37 gol sementara Ronaldo hanya 25 gol. Tidak hanya itu, Messi meninggalkan jauh Ronaldo dalam daftar topskor Liga Champion. Akhir musim 2016-2017 Messi mencetak total 54 gol sedangkan Ronaldo hanya 38 gol selama satu musim.

Yang bisa kita perkirakan tentunya hampir sama, Messi akan berjaya bersama Barcelona sementara Ronaldo akan merana bersama Real Madrid.

Namun apa yang terjadi? Luis Enrique melakukan penggantian mengejutkan terhadap bek Jeremy Mathieu dalam dua laga penentu. Hasilnya, keputusan itu menjadi bumerang saat Barcelona kalah kontra Malaga di La Liga dan kontra Juventus di Liga Champions.

Sementara Madrid memenangkan gelar La Liga di pekan terakhir. Tidak hanya itu, Madrid mencetak sejarah sebagai tim pertama yang mampu mempertahankan gelar Liga Champions. Di final Ronaldo mencetak dua gol dan menyalip Messi dalam daftar topskor. Pada hari itu Messi sudah membayangkan Ronaldo akan kembali menggondol Ballon d’Or FIFA.

Awal musim 2017-2018 Barcelona memenangkan 8 pertandingan awal dan Messi kembali impresif mencetak 11 gol, sementara Ronaldo belum pecah telor. Di penyisihan Piala Dunia, Ronaldo mampu mencetak 15 gol dan Messi 4 gol, namun Messi mencetak hattrick di pertandingan pamungkas dan menjadi juru selamat Argentina lolos ke Piala Dunia 2018. Di Liga Champion Madrid dan Barcelona sama2 bersinar di puncak klasemen.

Jadi siapa pemenangnya: Ronaldo atau Messi? Jika kita melihatnya dari jumlah gelar, pemenangnya Messi. Jika kita melihatnya dari gelar internasional bergengsi, jawabannya Ronaldo.

Saya menawarkan jawaban terbaik untuk pertanyaan ini: kita semua adalah pemenangnya. Kita adalah saya, Anda, dan dia (tunjuk orang sembarang di sekitar Anda, terutama yang penggemar sepakbola, baik penggemar Argentina, Portugal, Barcelona, Real Madrid, atau apalah).

Kita beruntung bisa menikmati Ronaldo dan Messi, dua anugerah terbaik di sepakbola. Generasi selain kita belum tentu bisa menikmati “kemewahan” seperti ini di sepakbola. Dan cerita mewah ini akan terus berlanjut untuk beberapa tahun ke depan. Itulah kenapa kita semua menjadi pemenang dari “rivalitas” antara Ronaldo dan Messi ini.

Legenda dan Manusia Tercepat Sejagat

Usain Bolt

Usain Bolt mendapat julukan sang legenda setelah menorehkan namanya sebagai pelari tercepat di dunia dengan catatan waktu 9,58 detik di nomor 100 meter.

Dan usai Kejuaraan Dunia Atletik di London, 2-13 Agustus 2017 di London, Bolt, yang berasal dari Jamaika, bersiap untuk pensiun. Berikut beberapa data yang membuatnya layak menyandang atribut sang legenda dan manusia tercepat segagat.

1.Bolt adalah pelari tercepat dalam sejarah.

Tiga rekor dunia lari 100 meter dalam satu dekade terakhir semuanya dicetak oleh Bolt. Ia pertama kali memecahkan rekor pada 2008. Bolt mengungguli rekan senegaranya, Asafa Powell, dengan catatan waktu 9,72 detik pada Mei 2008. Beberapa bulan kemudian, tepat di ajang Olimpiade Beijing, ia mempertajam catatannya menjadi 9,69 detik.

Penampilannya tak terbendung dan ketika berlomba di Kejuaraan Dunia Atletik 2009 di Berlin, sejarah menjadi saksi prestasinya yang gemilang, mencatat rekor baru 9,58 detik.

2. Bolt memang lebih cepat dibandingkan atlet-atlet lain pada masanya.

Jim Hines, tercatat sebagai manusia pertama di muka Bumi yang bisa lari 100 meter di bawah 10 detik. Ia membukukan rekor ini pada 1968. Sejak torehan waktu Hines, ada 124 atlet putra yang bisa menemus catatan di bawah 10 detik untuk lari 100 meter.

Namun tak satu pun yang bisa menembus batas di bawah 9,78 detik kecuali Bolt, Yohan Blake, Asafa Powell, Justin Gatlin dan Tyson Gay. Di ajang resmi, Bolt melakukannya sembilan kali, atau yang paling sering dibandingkan atlet-atlet papan atas dunia lainnya.

3. Tentu saja, ini tak hanya soal lari 100 meter.

Nomor lain yang juga menjadi spesialisasi Bolt adalah nomor 200 meter dan ia adalah satu-satunya atlet yang memegang rekor dunia, baik untuk 100 meter maupun 200 meter, sejak IAAF mulai menggunakan pencataan waktu otomatik pada 1977.

Pada Olimpiade 2008 di Beijing, Bolt memecahkan rekor dunia lari 200 meter yang dipegang pelari Michael Johnson yang sudah bertahan selama 12 tahun. Rekor Johnson 19,32 detik oleh Bolt dipertajam menjadi 19,30 detik. Setahun kemudian di Berlin, catatan ia tajamkan lagi menjadi 19,19 detik

4. Bolt memang sangat konsisten.

Kecuali untuk penyelenggaraan kejuaraan di London pada 2017, Bolt selalu merajai setiap ajang Olimpiade dan Kejuaraan Dunia sejak 2008.

Di Olimpiade 2016 di Rio, Bolt menjadi atlet pertama dalam sejarah yang mencatat ‘triple triple’ yaitu meraih medali emas di nomor 100 meter, 200 meter, dan 4×100 meter.

Sepanjang kariernya, Bolt hanya dua kali mencatat prestasi mengecewakan, yaitu medali perunggu di lari 100 meter Kejuaraan Dunia 2017 di London dan kesalahan start di Daegu, Korea Selatan pada 2011 yang membuatnya secara otomatis didiskualifikasi.

5. Bolt lebih cepat dari yang Anda kira.

Kecapatan lari Bolt adalah 44,51 km/jam atau sama dengan kecepatan kuda yang tengah berlari.

Bolt pernah mencatat waktu lebih cepat dari catatan resmi 9,58 detik ketika berlari ‘tidak dari start statis’. Pada paruh kedua lari 200 meter, ia pernah mencatat waktu 9,26 detik dan beberapa kali melakukannya di nomor estafet 4×100 meter.

Pada 2015, ia pernah mencatat waktu 8,65 detik. Sungguh luar biasa.

Sayangnya, ia tak bisa mempertajam catatan itu karena faktor usia dan cedera. Pada 2016, ia hanya mencatat waktu 9,81 detik untuk 100 meter dan 19,78 detik untuk 200 meter. Sangat lambat untuk standar dirinya, tapi tetap saja keluar sebagai pemenang.

6. Bagaimana Bolt melakukannya?

Tidak ada jawaban pasti atas prestasi Bolt yang sangat fenomenal.

Namun penelitian yang dilakukan Mackala Krzysztof dan Antti Mero, yang diterbitkan di Journal of Human Kinetics, menemukan postur tubuhnya, dengan tinggi badan 195 cm, membuatnya lebih unggul dibandingkan lawan-lawannya.

Punya postur jangkung sering dianggap sebagai faktor yang merugikan bagi atlet karena bisa membatasi daya dorong.

Namun para peneliti menemukan, postur Bolt yang jangkung membuatnya bisa mengambil langkah yang lebih panjang, yang membuatnya mampu mempertahankan kecepatan tinggi dalam waktu yang lebih lama.

7. Rata-rata panjang langkah Bolt adalah 2,47meter.

Itu berarti 20 cm lebih panjang dari hampir semua pesaingnya.

Dengan kelebihan ini, semua lawannya tak berdaya menghadapi Bolt.

Menurut Krzysztof dan Mero, Bolt menyudahi jarak 100 meter kurang dari 41 langkah, sementara lawan-lawannya rata-rata 45 langkah. Mana mungkin bisa menang?

8. Bukankah atlet jangkung biasanya melakukan start lebih lambat?

Kasus itu tak berlaku bagi Bolt pada akhirnya.

Benar ia memang lebih lambat di tahap awal dibandingkan rivalnya.

Namun menurut Michael Johnson, ketika ia dalam posisi puncak, kinerja pada awal lomba sama dengan lawan-lawannya, yang punya postur lebih pendek.

Dan setelah 20 meter, Bolt meninggalkan para kompetitor dan posisi ini bertahan hingga lomba selesai

9. Karismanya bukan hanya karena lari.

Ia memang mempesona. Mulai dari pose ala Bolt, melakukan hal-hal kocak di arena lomba hingga klaim bahwa prestasinya yang mengagumkan ini gara-gara ayam goreng.

Kepribadinnya yang menyenangkan membuatnya menjadi bintang.

Tak mengherankan ia adalah salah satu orang paling terkenal di muka Bumi. Lihat saja jumlah pengikutnya di media sosial.

Di Twitter ia punya 4,75 juta pengikut, di Facebook 19 juta dan di Instagram 7,1 juta.

Dan dari prestasi tingkat dunia dan popularitas ini ada kontrak-kontrak yang menggiurkan.

Nilai kontrak yang diteken Bolt dengan Puma, Mumm champagne, Advil, dan merek-merek lain mendongkrak pendapatan tahunannya menjadi US$34,2 juta.

Majalah Forbes menempatkannya di urutan 88 dari 100 selebritas papan atas dunia untuk tahun 2016-2017.

Bolt juga dikenal sebagai orang yang dermawan dan menyalurkan bantuan selama bertahun-tahun untuk sekolah menengahnya di Trelawny Parish, Jamaika.

Pekan ini, Bolt resmi mundur dari panggung atlet, namun namanya tidak akan surut begitu saja berkat kepribadiannya yang mempesona banyak orang.

“Kita akan kehilangan sosok Bolt, kehilangan kepribadiannya,” kata bos IAAF Sebastian Coe.

SEA Games 2011

SEA Games 2011 harus diakui banyak terkait dengan angka 11 atau kelipatannya. Anda tak percaya? check this out. Penyelanggaran SEA Games 2011 berlangsung 11 hari, dimulai tanggal 11-11-2011 dan berakhir tanggal 22-11-2011. Peserta SEA Games 2011 datang dari 11 negara, dan totalnya mencapai 4.444 atlet. Kota Palembang akan memusatkan pertandingan di Kompleks Olahraga Jakabaring yang mencakup area seluas 44 ribu meter persegi, sementara beberapa pertandingan lain dipusatkan di kawasan Stadion Utama Gelora Bung Karno yang memiliki kapasitas tempat duduk 88 ribu penonton.

Masih ada lagi, jumlah cabang olahraga yang dipertandingkan ada 44 buah. Jumlah medali emas yang diperebutkan mencapai 550 buah. Dari 44 cabang olahraga  itu ada lebih dari 11 cabang olahraga potensial menjadi tambang emas dan Indonesia menargetkan memperoleh sekitar 154 medali emas untuk menjadi juara umum. Aneh ya?

Tercatat pula SEA Games kali ini adalah yang paling meriah. Meskipun pada awalnya kesiapan panitia diragukan akibat adanya kasus korupsi pembangunan wisma atlet, namun dalam acara pembukaan yang disiarkan langsung di RCTI tadi malam hal itu tidak tampak kecuali api SEA Games yang sempat padam ketika diterima Alan Budi Kusuma dan lemparan Susi Susanti yang ngaco. Namun jika Anda cermati rekaman video di Youtube, maka terlihat jelas bahwa api caldera terlalu cepat dinyalakan entah oleh siapa (katanya sih dinyalakan oleh Helmi Yahya). Seharusnya siapa pun dia menunggu Susi mengambil ancang-ancang dan melempar tombaknya. Agak memalukan memang, tapi sudahlah lupakan saja… the show must go on!

Lalu bagaimana kesiapan dari sisi Teknologi Informasi? Bermula dari kegagalan saya mengunjungi situs resmi Sea Games, yakni http://www.seag2011.com namun akhirnya berhasil ketemu di alamat http://apps.seag2011.com/. Berdasar pengalaman saya waktu di Sydney Olympics, informasi yang biasanya paling dicari pengunjung seperti medal tally, sport schedule, medal audit dan athlete list semuanya sudah ada. Yang menarik adalah situs medal tally diupdate secara otomatis sehingga Anda tidak perlu memuat-ulang untuk melihat hasil perolehan medali yang terkini.

Namun ada sedikit celah pada situs medal tally. Di sini pengunjung dapat dengan mudah mengganti nama kejuaraan dan nama cabang olahraga. Dengan melihat URL yang ada (http://apps.seag2011.com/rs2011/bm/cm/MedalsTally.aspx?sname=26th%20SEA%20Games%20Jakarta-Palembang%202011), terlihat bahwa nama kejuaraan dicetak di laman menggunakan peubah yang ada di URL tersebut. Jika pengunjung iseng bisa mengubah namanya menjadi Kejuaraan Antar Kelurahan. Hal ini juga terjadi ketika kita klik untuk nama cabang olahraga bisa diubah oleh pengunjung situs.

Celah ini memang tidak mempengaruhi data medal tally, karena ketika kita mengubah nama pertandingan tersebut tidak mengubah database. Namun celah ini bisa dimanfaatkan untuk melakukan penipuan ataupun cuma menjadikan situs ini sebagai olok-olok. Untuk menutup celah yang seperti ini, cukup melakukan sedikit modifikasi pada method yang digunakan untuk menampilkan nama kejuaraan ataupun cabang olah raga, dengan tidak menggunakan variable yang ada pada URL tapi langsung mengambil dari database.

Sebaiknya panitia SEA Games segera melakukan perbaikan terhadap celah ini, sebelum ditemukan celah lain yang lebih berbahaya. Mari kita dukung pelaksanaan SEA Games 2011, sukses sebagai peserta dan sukses sebagai penyelenggara. Ayo Indonesia Bisa!!!

Piala Dunia 2010

Spanyol telah dinobatkan menjadi juara Piala Dunia 2010 usai menekuk Belanda di partai puncak. ‘La Furia Roja‘ pun jadi tim pertama yang bisa jadi jawara Piala Dunia usai kalah di laga pembuka. Kenyataan itu hanyalah salah satu fakta yang tersaji dalam pertandingan di Soccer City, Senin (12/7/2010) dinihari WIB. Berikut sejumlah data-fakta lainnya, sebagaimana dicatat oleh situs resmi FIFA.

1 tim yang menuntaskan Piala Dunia 2010 tanpa kekalahan. Bukan Spanyol sang juara, yang kalah 0-1 di laga pembuka lawan Swiss, melainkan Selandia Baru yang tersingkir di fase grup usai melewati tiga partainya dengan hasil seri.

116 menit yang harus dilalui dalam laga Spanyol kontra Belanda sebelum akhirnya Andres Iniesta memecah kebuntuan. Itu adalah satu-satunya gol yang hadir.

32 tahun sudah berlalu semenjak kali terakhir sebuah partai final ditentukan lewat gol di babak perpanjangan waktu. Sebelum Piala Dunia 2010, hal ini mewujud di final Piala Dunia 1978, saat Belanda kalah dari Argentina.

5 tim Eropa kini sudah mencatatkan diri jadi juara Piala Dunia, di mana masing-masing dari mereka sudah bisa melakukannya pada kesempatan pertama mencapai final. Sebelum kesuksesan Spanyol, ada Italia yang kali pertama juara tahun 1934, Jerman Barat (1954), Inggris (1966) dan Prancis (1998).

4 laga Spanyol di babak knockout Piala Dunia 2010 selalu berakhir 1-0. Ini membuat mereka jadi tim pertama yang bisa membuat clean sheets di seluruh empat laga knockoutnya sebelum jadi juara. Jerman sebelumnya pernah membuat tiga kemenangan beruntun dengan skor 1-0 di babak knockout, sebelum ditekuk Brasil 0-2 di final.

3 kali sudah Belanda jadi runner-up Piala Dunia setelah juga kalah di partai final pada gelaran 1974 dan 1978.

2 gol saja yang bersarang di gawang Spanyol di Piala Dunia 2010, dengan satu gol dibuat Gelson Fernandez dari Swiss dan Rodrigo Millar dari Chile. ini setara dengan jumlah kebobolan gol paling sedikit sebuah tim dalam lajunya menjadi juara Piala Dunia. Sebelumnya sudah ada Prancis (1998) dan Italia (2006).

2 tim sukses menjadi juara Piala Dunia setelah sebelumnya menjadi jawara Eropa. Jerbar jadi yang pertama melakukannya usai melengkapi titel juara Piala Eropa 1972 dengan Piala Dunia 1974. Spanyol menyamainya dengan gelar juara Piala Eropa 2008 dan Piala Dunia 2010.