Malam hari ini Senin tanggal 19 Dzulhijjah 1440, ba’da isya kami dijadwalkan berangkat meninggalkan Makkah menuju bandara Jeddah. Sebelum meninggalkan kota Makkah, kewajiban terakhir seorang jamaah haji adalah mengerjakan thowaf wada’, yakni thowaf perpisahan.
Sebagian besar jamaah haji di kloter 4 BTH sudah melaksanakannya sejak kemarin sehingga hari ini mereka tidak boleh lagi shalat di masjidil Haram. Karena merasa rugi jika tidak boleh shalat di Haram, kuputuskan thowaf wada’ hari ini ba’da shalat ashar walaupun sendiri. Khawatir kalau ba’da shalat maghrib nanti belum selesai sudah adzan isya.
Shalat ashar aku memilih di tempat thawaf lantai dua dekat pintu Safa agar bisa langsung thowaf. Tapi ternyata yang thowaf ramai sekali. Terakhir waktu aku thowaf ifadhoh di lantai dua memakan waktu dua setengah jam. Sedangkan selesai shalat ashar sudah lewat jam 4 sore. Bisa-bisa adzan maghrib nanti belum selesai thowaf. Sementara nanti malam jamaah kloter 4 akan meninggalkan Makkah.
Agar cepat selesai, kuputuskan thowaf di pelataran Ka’bah, meskipun penuh sesak dan panas oleh terik sinar matahari. Namun untuk sampai ke pelataran Ka’bah tidaklah mudah. Jalan terdekat melalui pintu Safa lantai dasar ditutup oleh petugas.
Akhirnya aku keluar masjid melalui tempat sa’i dan berjalan menuju pintu Ismail. Meskipun harus jalan memutar tapi akhirnya aku berhasil masuk ke lantai satu. Dari lantai satu ke pelataran Ka’bah ternyata juga tidak mudah karena jalannya juga ditutup oleh petugas. Aku berjalan terus sampai di tempat awal thowaf aku berniat memulai thowaf wada’.
Ketika sampai di pintu Umrah aku menemukan tangga turun ke pelataran Ka’bah yang tidak ditutup oleh petugas. Inilah pertama kalinya aku melewati tangga ini.
Setelah sampai di pelataran aku melanjutkan thowaf hingga selesai. Jangan ditanya bagaimana padatnya jamaah yang thowaf di sini ditambah terik matahari membuat baju gamis yang aku pakai basah oleh keringat. Akhirnya jam 5.30 sore thowaf perpisahan itu selesai.
Aku pun ke pinggir pelataran dan berbalik arah kembali menuju pintu Ismail. Sepanjang jalan menuju pintu keluar, air mata tak tertahan lagi. Karena ini hari terakhir di masjid al-Haram. Selamat tinggal wahai Baitullah, semoga di lain waktu Allah ‘Azza wa Jalla mengizinkan aku kembali ke sini.
Begitu sampai di hotel aku langsung mandi, shalat maghrib dan isya di masjid belakang hotel. Setelah sholat isya kembali ke hotel untuk makan malam dan berkemas. Gamis yang kupakai thowaf wada’ tadi sore ditinggal karena basah oleh keringat dan tidak muat lagi dalam koper kecil. Bagitu juga sandal gunung yang kupakai waktu wuquf di Arafah ditinggal karena sudah copot talinya. Sekitar jam 10 malam semua jamaah kloter 4 diminta naik bus sesuai nomor rombongan.
Di atas bus dalam perjalanan menuju Jeddah aku membuat catatan ini dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi rasanya sedih meninggalkan kota kelahiran Nabi. Namun di sisi lain merasa senang akan pulang ke tanah air.
Dari jendela bus tempat duduk paling belakang aku menatap jalan tol yang sepi. Jamaah yang lain sepertinya sudah tertidur pulas. Meskipun masih capek setelah thowaf wada’ tadi sore tapi menulis di blog ini sudah jadi kebiasaan sebelum tidur.
Delapan tahun menunggu untuk pergi haji. Ini adalah akhir catatan perjalananku menunaikan ibadah haji ke tanah suci tahun 1440 hijriyah. Semoga menjadi haji yang mabrur dan usaha yang disyukuri. Ya Allah ampunilah semua dosa dan kesalahanku. Aamiin ya Rabbal ‘Alamiin