Archive for February, 2022

Listrik dan Magnetika

Adalah seorang muslim bernama Ibnu Haitham, orang pertama yang menemukan bahwa cahaya memasuki mata kita, tidak seperti teori ilmuwan barat yang mengatakan mata kita memancarkan cahaya. Dunia kemudian mendapuknya sebagai Bapak Fisika Optik.

Ibnu Haitham membuat percobaan yang sangat teliti tentang lintasan cahaya melalui berbagai media dan menemukan teori tentang pembiasan cahaya jauh sebelum Isaac Newton. Dialah orang pertama yang  melakukan eksperimen tentang penyebaran cahaya terhadap berbagai warna. Dia juga orang pertama yang meneliti dan menemukan kamera.

Ibnu Haitham berada di antara nama-nama maestro fisika yang membuka mata dunia akan keberadaan medan listrik dan medan magnet yang tidak kasat mata. Namun meskipun tidak kasat mata, keberadaan medan listrik dan medan magnet bumi telah menjaga kelangsungan hidup manusia dan seluruh makhluk hidup di permukaan bumi.

Listrik dan Magnetik merupakan dasar dari ilmu-ilmu konsentrasi teknik komputer, elektronika, telekomunikasi dan energi. Oleh karena itu, penting sekali bagi setiap mahasiswa program studi teknik elektro untuk mempelajari dan memahaminya sejak tahun pertama kuliah. Sebaliknya, ketidakpahaman tentang Listrik dan Magnetik akan berdampak sistemik terhadap proses pembelajaran semua konsentrasi dalam program studi teknik elektro.

Buku ini ditulis dengan tujuan mahasiswa teknik elektro memiliki referensi dalam bahasa Indonesia yang ringkas tapi lengkap tentang mata kuliah Listrik dan Magnetik. Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Cahaya Firdaus tahun 2019, kertas HVS 150 halaman dan dapat dipesan via whatsapp ke nomor 081277709019.

Kekuatan Kata Kata

Setiap hari kita berkomunikasi dengan orang lain dengan berbagai macam bahasa dan kata-kata. Berbagai macam kata-kata dan bahasa itu kadang mengalir deras begitu saja dari mulut kita.

Bahkan menurut sebuah study wanita mengeluarkan 13.000 hingga 20.000 kata-kata setiap harinya. Sementara pria mengeluarkan kata-kata sekitar 6.000 sampai 10.000 dalam sehari.

Bisa dibilang, kata-kata sudah jadi bagian hidup kita. Bahkan kita bisa mengetahui kejiwaan seseorang hanya dengan memperhatikan pilihan kata-katanya. Namun ternyata bukan cuma itu.

Dalam ilmu Antropologi, ada satu cabang ilmu yang disebut “labelling theory” atau “teori menandai.

Teori ini mengatakan bahwa identitas dan kepribadian seseorang ternyata ditentukan oleh kata apa yang dominan dilabelkan kepadanya.

Sebagai contoh, jika seseorang sering dipanggil “si jahat” atau “si pemalu” pada akhirnya benar-benar akan menjadi seperti itu.

Begitupun halnya jika seseorang sering diberitahukan hal-hal positif, pada akhirnya ia akan menjadi benar-benar positif dalam hidupnya.

Namun kebanyakan dari kita tidak paham akan hal tersebut. Kita seenaknya saja mengatakan kata-kata negatif kepada anak-anak kita.

Misalnya kita menghardik anak-anak: “Kamu kok penakut?

Harapan kita dengan mengatakan begitu, anak-anak akan sadar, dan akhirnya menjadi lebih berani. Jangan harap!

Justru ia akan semakin percaya bahwa dirinya adalah penakut. Sehingga ia menjadi benar-benar penakut. Apalagi jika yang mengatakannya adalah orang yang dianggap role model. Seperti orang tua atau guru.

Sejatinya anak-anak itu adalah manusia-manusia paling pemberani. Mereka tidak takut apa-apa, sebab tidak ada konsep takut dalam otaknya. Hanya saja kitalah orang tua yang kerap kali menjejalkan konsep takut itu kepadanya.

Misalnya kita katakan, “Kalau kamu tidak tidur siang, nanti digigit hantu loh!” akhirnya, si anak menjadi ketakutan beneran.

Sayangnya, hal semacam ini dibawa sampai dewasa. Ketakutan-ketakutan itu mengendap dan mengakar di dalam diri kita selamanya.

Begitulah pentingnya kata-kata membentuk kepribadian kita. Jadi penting untuk memilih kata-kata yang benar-benar positif yang bisa memberdayakan kehidupan.

Masalahnya setiap hari, lebih sering kita mengucilkan bahkan menghina diri sendiri. Ketika berdiri di depan cermin, berbagai sumpah serapa lebih gampang mengalir keluar mulut kita daripada pujian-pujian positif.

Salah satu faktor penting yang menentukan kesuksesan seseorang adalah hubungannya dengan orang lain. Baik dengan keluarga, guru, atasan maupun dengan konsumen.

Dan untuk membangun hubungan yang baik, ternyata dibutuhkan kata-kata yang tepat dalam berkomunikasi.

Andrew Newberg, M.D. dan Mark Robert Waldman, dalam bukunya, “Words Can Change Your Brain“, bilang kalo satu kata punya kekuatan mempengaruhi gen yang mengatur tekanan fisik dan emosional seseorang.

Artinya, apa yang kita katakan pada seseorang akan sangat menentukan bagaimana mereka akan memperlakukan kita.

Para pelaku bisnis dan marketing paham betul tentang ini. Itulah kenapa ilmu copywriting itu penting banget dalam penjualan.

“Ucapan adalah doa.” Begitu kata orang-orang. Hal ini sangat sejalan dengan hukum Law of Attraction (LoA) yang belakangan menjadi begitu digandrungi.

Sama-sama sudah kita pahami, bahwa menurut hukum ini, apapun yang kita pikirkan, itulah yang akan kita kirim ke semesta, dan untuk selanjutnya, oleh semesta akan dikirim balik ke kehidupan kita dalam wujud nyata. Singkatnya, “Though become thing!” Pikiran menjadi kenyataan.

Jadi dari sini bisa kita simpulkan, Kondisi kita hari ini adalah hasil dari apa yang kita pikirkan kemarin. Dan apa yang akan terjadi besok, ditentukan oleh apa yang kita pikirkan hari ini. Kita benar-benar mendapatkan apa yang kita pikirkan.

Sementara di dalam hadist qudsi sendiri, Tuhan pernah berfirman, “Aku sesuai prasangka hamba-Ku kepada-Ku.”

Kata-kata yang kita gunakan memiliki kekuatan untuk membentuk hidup kita. Kita perlu mengganti perbendaharaan kata-kata yang kita pake sehari-hari.

Misalnya, ketika kamu mau bilang “saya benci makanan ini,” akan lebih baik kalo kamu mengatakan, “saya lebih suka yang lainnya.”

Dari pada mengatakan, “Aku rapopo!,” akan terasa pengaruhnya jika kita mengatakan, “Saya luar biasa dahsyat!

Rasanya beda kan? Nah, Begitulah kekuatan kata-kata. Sebuah kata masing-masing memiliki kesan yang menciptakan gambaran dari pikiran kita. Dan dari sanalah kehidupan kita dibentuk.